Minggu, 21 Oktober 2012

Harga Buah Bligo Raksasa Naik Jadi Rp 50 Juta

Berita Seputar Jatinangor
http://regional.kompas.com/read/2012/10/17/20573524/Harga.Buah.Bligo.Raksasa.Naik.Jadi.Rp.50.Juta?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

BANDUNG, KOMPAS.com — Buah bligo raksasa yang ditemukan Kampung Neglasari, Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dinaikkan harganya oleh sang pemilik, Mochamad Ijang Saefudin (63), menjadi Rp 50 juta.

Sebelumnya, buah raksasa seberat 10 kilogram lebih itu dibanderol Rp 25 juta oleh pemilik. Namun, setelah ditelusuri lebih dalam, banyak keajaiban dan keunikan dari buah tersebut. Terlebih lagi, saat ini, buahnya sudah mulai membesar.

Menurut Ijang, nama buah bligo tersebut berasal dari bahasa Arab yang berarti mubaligh atau mubaligo. Artinya, seperti mubaligh yang mencerahkan umat dari kesesatan menuju jalan yang lurus.

"Saya berharap dengan berkahnya buah ini menjadi penolong untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Dari sesat menjadi lurus, dari hancur menjadi makmur," tegas Ijang saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kampung Neglasari, Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu, (17/10/2012).

Keanehan lain, kata Ijang, buah bligo raksasa yang tumbuh tepat di depan masjid itu menimbulkan suara seperti berbicara layaknya orang yang sedang bercakap-cakap. Selain itu, lanjut Ijang, buah tersebut mengeluarkan bunyi seperti pentongan yang sedang dipukul sesosok manusia sehingga Ijang menyebut buah unik itu dengan sebutan "kohkol ajaib". "Kejadian itu sering terjadi pada waktu malam hari," kata Ijang.

Sontak saja, hadirnya buah itu membuat banyak orang berbondong-bondong dan bergerombol untuk menyaksikan. "Banyak sekali orang yang datang ke sini, mahasiswa, pejabat, wartawan, hingga berbagai macam kalangan masyarakat dari berbagai kabupaten/kota datang ke sini. Bahkan, beberapa waktu lalu ada orang yang dari Institut Pertanian Bogor (IPB) datang untuk membeli buah ini dengan harga Rp 5 juta, tetapi saya tidak kasih karena buahnya masih muda dan takut mengecewakan," beber Ijang.

Ijang menyatakan, saat ini, buah bligo miliknya sudah bisa dimiliki siapa pun jika ada yang mau berminat. "Silakan saja jika ada yang mau beli, saat ini, buahnya sudah mulai tua. Kalau sudah tua, buahnya keras seperti kayu dan akan bertahan selama-lamanya. Di sisi lain, dalam usia muda, buah ini bisa digunakan untuk berbagai macam penyakit berat seperti liver, kanker, serta penyakit-penyakit berat lainnya," ungkap Ijang.

Ijang membanderol buah ini seharga Rp 50 juta. Jika laku, kata Ijang, uang hasil penjualannya akan dipakai untuk merenovasi masjid yang letaknya tepat berdekatan dengan tumbuhnya buah bligo raksasa tersebut.



Editor :Farid Assifa

Rabu, 01 Agustus 2012

SBY Minta Mendikbud Pastikan Tidak Ada Kekerasan di Sekolah

Berita Seputar Jatinangor
Jakarta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh untuk memastikan tidak terjadi lagi kekerasan di sekolah. SBY juga meminta cara-cara kekerasan di sekolah dihilangkan.


"Saya ingin memberi perhatian Mendikbud dan para pendidik pastikan betul agar masa orientasi itu berjalan dengan baik tanpa kekerasan. Demikian juga hubungan horizontal antarsiswa, antarmahasiswa, dan hubungan vertikal antara guru dengan siswanya," jelas SBY dalam jumpa pers usai rapat kabinet di Kemendikbud, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (31/7/2012).


SBY pernah menegur dengan keras dan memberikan tindakan disiplin ketika terjadi aksi-aksi kekerasan di IPDN Jatinangor. 
Di IPDN, metodenya penuh dengan kekerasan sehingga ada yang meninggal, cacat dan dipulangkan karena sakit.


"Bayangkan betapa sedihnya orang tua mereka ada kasus-kasus seperti itu. Kita lakukan reformasi besar-besaran bahkan saya katakan saya tidak akan melantik kembali sebelum tertib sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu budaya kekerasan harus kita hentikan," tuturnya.
"Di lingkungan akademi militer dan kepolisian, kita juga menghilangkan tindakan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan korban meninggal dunia, cacat dan sebagainya itu keluar dari nilai kemanusiaan dan tujuan pendidikan dalam arti yang luas," tutupnya.
(mpr/aan) 

Senin, 30 Juli 2012

Mertua dan Menantu Terkubur Longsor Pondasi Rumah

Berita Seputar Jatinangor

TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - 

Cahyadi (51) dan Budi (30) tewas terkubur tanah longsor, saat sedang memasang batu pondasi, Sabtu (28/7/2012).Mertua dan menantu asal Lengkop, Desa Cikeusi, Kecamatan Darmaraja, terkubur longsoran tanah, ketika sedang jongkok memasang batu.Aminudin (32), pekerja lainnya, lolos dari maut setelah loncat beberapa saat sebelum tanah longsor. Para pekerja ini sedang membangun fondasi rumah kontrakan di Kampung Geulis, Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor.


"Saya bertiga dengan almarhum sedang memasang batu pondasi, tiba-tiba tanah longsor. Pak Yadi dan Budi tertimbun, sedangkan saya selamat karena loncat," kata Aminudin, asal Boyolali, dalam keterangannya kepada polisi, Minggu (29/7/2012).


Menurutnya, mereka sedang memasang pondasi di kedalaman 2,5 meter dengan lebar satu meter."Saat sedang memasang batu pondasi, tiba-tiba saja tanah longsor dan menimbun. Kami sudah tiga bulan mengerjakan proyek pembangunan rumah untuk kontrakan di Jatinangor," jelas Aminudin.Aminudin mengaku kakinya sempat terkubur, tapi ia bisa meloncat."Saya loncat dari dalam galian pondasi, dan kaki serta tangan menghantam besi beton sehingga luka," ungkapnya.


Melihat ada korban yang tertimbun, para pekerja berupaya mengeluarkan mereka dari longsoran."Lumayan lama juga untuk mengeluarkan korban. Mereka bisa dikeluarkan dan langsung dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong," terang seorang polisi.

Selain menggali tanah untuk fondasi dengan kedalaman 2,5 meter, juga ada tanah tebing setinggi sekitar 2,5 meter di atas tanah yang digali untuk pondasi.


"Setelah diukur, ketinggian tanah dengan galian untuk pondasi mencapai lima meter," cetus Kapolsek Jatinangor AKP Riki Aries Setiawan, kemarin.
Korban yang dievakuasi dibawa ke RS AMC Cileunyi, tapi nyawa mereka tak bisa ditolong. 
"Akibat longsoran itu, dua pekerja tewas dan satu luka ringan," ujar Riki. (*)

Rabu, 30 Mei 2012

Warga Desa Cikeruh Ontrog Pinewood

Berita Seputar Jatinangor

Senin, 28 Mei 2012 00:54 WIB
Dipimpin Langsung Kades
Warga Cikeruh Ontrog Pinewood


JATINANGOR (GM) - Sebanyak 20 orang warga yang dipimpin langsung Kepala Desa (Kades) Cikeruh, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, Minggu (27/5) ngontrog Apartemen Pinewood. Mereka menghentikan paksa pengeboran sumur artesis di lingkungan proyek tersebut.

Iwa Cahya, salah seorang warga yang juga Ketua RW 04 Desa Cikeruh mengatakan, pihak manajemen memaksakan diri melakukan pengeboran sumur artesis. Padahal warga belum menyetujuinya.

"Warga merasa dilecehkan dengan sikap apartemen yang melakukan pengeboran tanpa persetujuan. Bahkan kami nilai pengelola proyek tidak peduli. Jauh-jauh hari warga menolak sumur artesis tersebut," katanya.

Sementara itu, Kades Cikeruh Ade Rahmat mengatakan, pihaknya menyayangkan Pemkab Suemdang melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) yang telah mengeluarkan izin untuk pengeboran tanpa persetujuan warga. "Kita tidak mengerti kenapa diizinkan," katanya.

Sementara pihak apartemen melalui humasnya, Irda Ridwan menyatakan, pihaknya sangat menghormati warga."Terkait aspirasi warga ini akan disampaikan ke pimpinan. Mudah-mudahan ditindaklanjuti dengan musyawarah," katanya.
(B.46)**

dari harian Galamedia www.klik-galamedia.com

Kamis, 12 April 2012

Masyarakat Harus Dilibatkan di Rusunami

Berita Seputar Jatinangor

JATINANGOR (GM) - Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kab. Sumedang, Ir. Yosep S. menyatakan, pembangunan rumah susun hak milik (rusunami) di wilayah Kec. Jatinangor harus melibatkan masyarakat. Artinya, harus melewati proses kesepakatan dan memorandum of understanding (MoU) antara pengusaha/pengembang dengan masyarakat setempat.

Yosep menyatakan hal itu dalam pertemuan dengan jajaran PT Kalmar Jaya (KJ) selaku perusahaan yang akan membangunan rusunami Easton Park Residence di Jalan Raya Jatinangor, Desa Cibeusi, Kec. Jatinangor, Selasa (10/4). Rusunami itu akan dibangun pada lahan seluas 6.400 m2 dengan tinggi bangunan 22 lantai (1.391 unit + 4 unit ruko) dengan berbagai tipe.

Pertemuan yang dihadiri pula jajaran SKPD lainnya, BPN, aparat desa dan jajaran muspika Jatinangor serta BPD Cibeusi itu dilangsungkan di sebuah aula di sekitar lokasi yang akan dibangun rusunami tersebut. Namun kapan mulai pelaksanaan pembangunannya belum diketahui pasti karena pihak perusahaan masih dalam tahap melakukan sosialisasi dan penandatanganan izin warga setempat. Hadir dalam kesempatan itu adalah Direktur PT KJ, Ir. Dadang dan Sekretarsis Perusahaan, Imam Subagio dan pihak terkait lainnya. "Kami akan menandatangani proses perizinan, setelah pihak perusahaan dengan masyarakat setempat sudah ada kesepakatan dan MoU," kata Yosep dalam pertemuan tersebut.

Iwan Sobari, warga Desa Cibeusi RW 05 yang berdekatan dengan lokasi rencana pembangunan rusunami, mengatakan, adanya rencana pembangunan rusunami tersebut, ada sejumlah persyaratan yang dimohon masyarakat setempat yang harus ditempuh PT KJ. Dalam kesempatan itu, ia mewakili masyarakat lainnya mengusulkan 10 tuntutan yang disampaikan ke pihak pemerintah dan perusahaan tersebut.

Sepuluh tuntutan warga tersebut, kata Iwan, di antaranya, pengembang harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, ikut berpartisipasi dalam lingkungan, tidak membuat sumur artesis, memperhatikan tenaga kerja warga setempat, memberikan akses jalan untuk warga setempat, dan harus ada komitmen dengan warga setempat.

Ketua BPD Cibeusi, Dudi Supardi mengatakan, pada dasarnya masyarakat menerima adanya rencana pembangunan rusunami tersebut. Tetapi dalam pelaksanaannya harus berdasarkan pada koridor dan aturan yang ada. Apalagi saat ini dalam berbagai pelaksanaan pembangunan di Jatinangor itu, ada kepedulian dari pihak universitas sehingga mereka harus dilibatkan.

Sementara sekretaris perusahaan PT KJ yang akan membangun rusunami, Imam Subagio mengatakan, pihaknya siap dikawal dalam pelaksanaan pembangunan rusunami di kawasan pendidikan Jatinangor tersebut. Dalam pelaksanaannya pun akan dilakukan secara tranparan. Termasuk dalam penggunaan tenaga kerja akan melibatkan warga setempat, selain dalam pengadaan bahan bangunan bisa dibicarakan lebih lanjut.

(B.105)**

Sabtu, 31 Maret 2012

Pro-Kontra Sumur Artesis, Tiba-tiba Muncul Spanduk

Berita Seputar Jatinangor

Kamis, 29 Maret 2012 04:57 WIB

Pro-Kontra Sumur Artesis, Tiba-tiba Muncul Spanduk

JATINANGOR (GM) - Pro dan kontra terkait rencana pembangunan sumur artesis di Apartemen Pinewood di kawasan Jatinangor, Kab. Sumedang, tiba-tiba muncul spanduk penolakan sumur artesis di Jalan Kolonel Achmad Syam, Desa Cikeruh, Kec. Jatinangor.

Pemantauan "GM", Rabu (28/3), spanduk tersebut ditulis Aliansi Mahasiswa Jatinangor dan dipasang di jalan tersebut oleh sejumlah warga sebagai bentuk penolakan rencana pembangunan sumur artesis untuk sebuah apartemen di Desa Cikeruh.

Spanduk yang terbuat dari kain berwarna kuning tersebut bertuliskan, "Perizinan Sumur Artesis di Jatinangor adalah Bukti Ketidakseriusan Pemerintah dalam Melayani Rakyatnya".

Salah seorang warga setempat, Deden (30) mengatakan, warga menyatakan keberatan adanya sumur artesis di wilayah Cikeruh dan hingga kini belum mendapat izin. Namun, warga banyak yang kecewa karena saat ini sumur tersebut tengah dikerjakan.

"Bukan hanya warga, pihak Desa Cikeruh pun jelas-jelas menolaknya. Alasannya, jika ada sumur artesis tentu warga akan terancam kekeringan, sehingga menyulitkan kehidupan sehari-hari dalam memenuhi air," kata Deden.

Menurut Deden, spanduk penolakan tersebut sebelumnya atas inisiatif warga, Namun akhirnya mendapat dukungan dari Aliansi Mahasiswa Jatinangor. "Kita bersyukur mahasiswa turut peduli terhadap kondisi sekitarnya," kata Deden.

Sebelumnya, Kepala Desa Cikeruh, Ade Rachmat juga menyatakan, secara tegas menolak pembanguna sumur artesis di sebuah apartemen di wilayahnya. "Karena banyak warga yang menolaknya, tentu saja aparat desa tidak berani mengizinkan keberadaan sumur artesis di sebuah apartemen tersebut," kata Ade Rahmat.

Menurut Ade, sejak awal pembangunan apartemen warga menolak bila apartemen tersebut menggunakan air dari sumur artesis. "Pihak aparat Desa Cikeruh telah sepakat bersama warga tetap menolak pembangunan sumur artesis itu," katanya.

Ade menyatakan, banyak faktor yang menjadi dasar warga dengan tegas menolak sumur artesis di apartemen tersebut. Salah satunya, akan mengakibatkan kekeringan di Desa Cikeruh khususnya.

Ketua LSM Forrbeka, Sitam Rasyid menyatakan, pembangunan sebuah apartemen yang lokasinya di belakang Jatos tersebut sebenarnya tidak berdampak apa-apa bagi warga Jatinangor. Namun, justru sebaliknya, jika apartemen tersebut membangun sumur artesis, warga akan merasakan dampak yang paling buruk, yakni tersedotnya air bawah tanah.

Sedangkan humas Apartemen Pinewood, Irda saat dikonfirmasi "GM" melalui telepon selulernya mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke warga agar mendapat izin dalam pembuatan sumur artesis. "Kita tak akan henti-hentinya melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada warga agar segera mendapat izin," kata Irda.

(B.46)**

Sabtu, 17 Maret 2012

Aksi Solidaritas HMI di Jatinangor Berujung Bentrok

Berita Seputar Jatinangor dari Poskota BANDUNG (Pos Kota) – Aksi solidaritas ratusan mahasiswa Jatinangor , Kabupaten Sumedang, Jumat (16/3) ricuh. Selain memblokir jalan juga bentrok fisik dengan anggota Polsek Jatinangor. Buntut dari aksi arus lalu lintas sempat tergangu. Tiga mahasiswa diamankan dan kini masih diperiksa intensif. Aksi mahasiswa yang tergabung ke HMI berlangsung siang. Mereka langsung menduduki jalan raya Jatinangor tepat di halaman Mapolsek setempat. Aksi mereka digelar terkait adanya penyerangan kantor HMI oleh petugas yang terletak di Cilosari, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu malam. Aksi yang digelar sempat mengundang polisi terpancing emosinya. Sekitar pukul 11.00 antara massa dan polisi sempat terjadi gesekan. Tiga mahasiswa terpaksa diamankan lantaran diduga kuat sebagai provokator. Untuk menenangan massa, Kapolsek Jatinangor Kompol Nana Sumarna meminta perwakilan mahasiswa untuk melakukan dialog. Koordinator aksi Binmo, menjelaskan, Sementara itu mengatakan,kedatangan pihaknya ke Mapolske Jatinangor merupakan aksi solidaritas terhadap HMI Cikini Jakarta,yang diserang oleh anggota Brimob. “Kedatangan kami disini untuk mengutuk aksi kekerasan kepada mahasiswa dan menuntut Polisi agar meminta maaf,”ujar Bimo. Menurutnya,wajah arogansi dan penyerangan satuan Brimob Polri tersebut bermula setelah HMI Jakarta Pusat melakukan aksi penolakan kenaikan BBM.”Sangat disayangkan ketika kami memperjuangkan rakyat, justru kami diserang dan dianiaya,”terang Bimo. Ketua HMI Cabang Sumedang Guruh ketika dikonfirmasi mengenai insiden ricuhnya antara HMI dan polisi mengakui saat ini pihaknya tengah mendalami peristiwa tersebut.Apalagi ada beberapa anggotanya yang mengalami luka luka akibat dipukul oleh aparat.(Dono/dms)

Jumat, 16 Maret 2012

Tuntut Pembebasan, Mahasiswa Demo Polsek Jatinangor

Berita Seputar Jatinangor Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Sumedang menggelar unjuk rasa di depan Polsek Jatinangor. Mereka menuntut polisi membebaskan rekan mereka yang kini ditahan di Mabes Polri terkait aksi penolakkan kenaikan harga BBM. "Kami minta Polisi mendukung kami, dan membebaskan rekan kami yang ditangkap di Jakarta, jika tidak kami akan mensegel kantor Polsek Jatinangor," terang Dudung perwakilan mahasiswa yang berdemo kepada sejumlah wartawan. Pernyataan tersebut disikapi Polisi, dengan melakukan negosiasi kepada para pendemo. Kapolsek Jatinangor Kompol Nana Sumarna meminta, mahasiswa dipersilahkan untuk berdemo, namun tidak ada aksi segel menyegel. Namun dalam aksinya, mahasiswa yang membawa kertas karton memaksa masuk ke kantor halaman mapolsek, hingga akhirnya diamanankan petugas. Aksi mahasiswa di Jatinangor sendiri, berlanjut ke kantor Mako Brimob Polda Jabar, yang jaraknya berdekatan dengan Mapolsek Jatinangor. Namun aksi mahasiswa ini berhasil dihadang aparat dari Polres Sumedang, 300 meter sebelum Mako Brimob. Pihak HMI yang diwakili Dudung menyatakan, pihaknya akan terus melakukan aksi jika rekannya yang ditahan tidak dibebaskan. "Kami akan ke Mapolda Jabar, bila tuntutan ini tidak dikabulkan," ujarnya Dalam aksinya, mereka memblokir Jalan Raya Jatinangor selama 20 menit bahkan hendak menyegel Mapolsek Jatinangor. Selain itu, massa juga akan berencana berunjuk rasa di Mako Brimob. Namun, rencana itu diadang Satuan Dalmas Polres Sumedang dan setelah berdialog dengan Kapolsek Jatinangor Kompol Nana Sumarna. Karena berusaha menyegel Mapolsek Jatinangor, satu orang anggota HMI diamankan di Mapolsek Jatinangor.

Selasa, 21 Februari 2012

30 Balita Jatinangor Kekurangan Gizi

Berita Seputar Jatinangor JATINANGOR,(GM)- Sebanyak 30 dari 6.912 balita di Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, masuk kategori sangat kurang gizi. Angka ini mencapai 0,47% berdasarkan hasil kegiatan bulan penimbangan badan (BPB) tahun 2011 yang dilakukan setiap Agustus. Demikian disampaikan Kepala Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Jatinangor, dr. Wara Pamungkas melalui petugas gizi, Piana saat ditemui "GM" di Puskesmas Jatinangor, Jalan Raya Jatinangor, Kab. Sumedang, Senin (20/2). Menurut Piana, sampai saat ini di wilayah Jatinangor belum ada kasus gizi buruk yang parah. "Balita-balita itu hanya kurang gizi atau sangat kurang gizi, tidak sampai menderita marasmus," katanya. Berdasarkan data yang dihimpun "GM", status gizi anak berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) dari 12 desa di Jatinangor, Desa Cilayung menyumbang angka tertinggi 5 balita sangat kurang gizi, sedangkan di Desa Cisempur dan Jatimukti tidak terdapat balita yang dengan kategori ini. Sementara untuk kategori kurang gizi, terdapat 600 orang dari 6.912 balita. Dalam kategori ini, Desa Cipacing yang paling banyak menyumbang angka, yaitu 79 balita dan Desa Jatimukti jadi yang paling sedikit menyumbang dengan angka dengan 27 balita. Meski demikian, hingga saat ini belum ada kasus gizi buruk yang parah. "Balita tersebut hanya kurang gizi atau sangat kurang gizi, tidak sampai menderita marasmus," kata Piana. Salah satu faktor kurang gizi, lanjut Piana, disebabkan kekurangan berat badan bukan karena malnutrisi dan faktor penyakit lain. "Kurang gizi bisa karena penyakit lain yang mengakibatkan pertumbuhannya terhambat. Misalnya TBC atau meningitis," kata Piana. Dikakatan Piana, kurangnya berat badan bisa karena banyak faktor selain faktor ekonomi keluarga. Bisa jadi, balita susah makan atau orangtua kurang telaten dalam mengurus anaknya. "Biasanya ingin praktis, banyak orangtua akhirnya beli bakso untuk makan anaknya," kata Piana. Pada kesempatan tersebut Piana juga menyatakan, ada pula balita yang sering mengonsumsi makanan ringan manis yang membuatnya kenyang, sehingga balita menolak saat akan diberi makanan berat. Padahal, hal itu mengakibatkan asupan gizi yang tidak seimbang dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. (B.46/rrt.job)**

Minggu, 12 Februari 2012

Terkait KPJ, Pemkab Dituntut Peduli

Berita Seputar Jatinangor Sabtu, 11 Februari 2012 Terkait KPJ, Pemkab Dituntut Peduli JATINANGOR,(GM)- Para wakil rakyat di DPRD dan Pemkab Sumedang, dituntut peduli dan terus mendorong serta memperjuangkan agar wacana pembentukan Kawasan Perkotaan Jatinangor (KPJ) segera terbentuk. Pasalnya selain telah lama diwacanakan, anggaran yang telah dikeluarkan pun cukup besar. Demikian disampaikan, Dudi Supardi, S.T., salah seorang penggagas pembentukan KPJ, saat ditemui "GM" di Jatinangor, Jumat (10/2). Menurut Dudi, pihaknya pun berharap, terkait KPJ, Pemkab dan DPRD Sumedang menyikapinya sepenuh hati. "Perlu diketahui, munculnya gagasan pembentukan KPJ tersebut diawali oleh Forum Jatinangor tahun 2000 dan terus disosialisasikan. Bahkan dalam perjalanannya telah direspons oleh Kemendagri. Saat ini, tinggal mencari solusi untuk pembagian anggaran, kewenangan, dan pembagian struktural," katanya. Dikatakan Dedi, pembentukan KPJ bukan untuk memisahkan dari Kab. Sumedang. "Wacana KPJ mendapat dukungan sejumlah pihak dan 2006 telah dilakukan kajian akademis. Hanya, pascakajian akademis tersebut wacana KPJ jadi tak bergema lagi. KPJ tak bergema karena para pejabat di Sumedang khawatiran Jatinangor akan terpisah dari Kab. Sumedang," kata Dudi. Hal senada dilontarkan Agus Bustamil, salah seorang tokoh pemuda Jatinangor. Bahkan Agus menilai, terkait wacana KPJ, Pemkab dan DPRD Sumedang terkesan tidak sepenuh hati mewujudkanya. "Saya tahu persis, Rp 200 juta dari APBD telah dikucurkan terkait wacana KPJ tersebut," katanya. Menurut Agus, kajian akademis telah dilakukan Prof. Sadu. "Hasilnya, KPJ sudah layak dan memenuhi persyaratan. Hanya, mengapa hingga kini belum ada tanda-tanda KPJ segera terwujud, bahkan nyaris terlupakan," kata Sekretaris Karang Taruna Kec. Jatinangor ini. Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Rakyat Bersatu Untuk Keadilan, Sitam Rasyid menyatakan, anggaran yang telah digelontorkan pemerintah untuk wacana KPJ kini sia-sia. Bahkan bisa dikatakan pemborosan. "Sebaiknya, saat ini harus segera dibahas kembali draf KPJ oleh para elite politik. Kami khawatir jika KPJ hanya jadi wacana maka akan mengarah pada wacana pembentukan Kab. Bandung Timur (KBT) yang kini kian menguat," kata Sitam. (B.46)** link site : http://www.klik-galamedia.com/index.php?id=201202111644126

Jumat, 10 Februari 2012

2 Lagi ApartemenT di Jatinangor

Berita Seputar Jatinangor INILAH.COM, Sumedang - Jatinangor kini makin banyak dilirik oleh para investor para pengembang properti, terutama untuk pembangunan apartemen. “Sudah ada investor yang tertarik dengan Jatinangor dan berencana akan membangun apartemen,” kata Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Sumedang Yosep Suhayat, di Gedung Negara, Selasa (3/1/2012). Menurut Yosef, lokasi yang sudah dibidik oleh investor adalah di kawasan sekitar Rumah Makan Suharti yang masuk kawasan Desa Hegarmanah. Sedangkan satu lagi di sekitar Kampus IPDN, Desa Cibeusi. “Lokasinya sudah dipilih dan investor sudah mengajukan perizinan, namun keluar atau tidaknya perizinan dari pemkab tergantung dari hasil survei, “ kata Yosef. Apartemen ini rencananya akan dibangun dengan 22 lantai sebanyak empat tower di atas lahan seluas empat hektare. Rumah susun ini akan berkonsep mewah dengan fasilitas yang serba lengkap. Sebelumnya, telah ada satu apartemen di kawasan pendidikan ini yaitu di Desa Hegarmanah yang pembangunannya dulu sempat menuai protes warga akibat ketakutan akibat masalah ketersediaan air. Menurut Yosef, di wilayah Jatinangor memang sudah tidak memungkinkan lagi ada pembangunan rumah horizontal karena Jatinangor sudah padat, kecuali secara vertikal seperti apartemen.[jul]