Berita Seputar Jatinangor
Senin, 17 Januari 2011
I Nyoman Sumaryadi Minta Maaf
Masyarakat Sunda dan Rektor IPDN Akhirnya Islah
ENGKOS KOSASIH/GM
ALIANSI Masyarakat Sunda Jatinangor, Kab. Sumedang berunjuk rasa di depan pintu masuk kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jalan Raya Jatinangor, Kec. Jatinangor, Minggu (16/1).
JATINANGOR,(GM)-
Ketegangan yang sempat memuncak antara masyarakat Sunda Jatinangor dan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Prof. Dr. H. I Nyoman Sumaryadi, terkait dugaan pernyataan Nyoman yang menyinggung perasaan orang Sunda, diakhiri dengan islah (perdamaian, red) di antara kedua belah pihak.
Dalam pertemuan yang dilakukan di Lantai IV Hotel Puri Khatulistiwa, Jln. Jatinangor dengan difasilitasi Polres Sumedang semalam, akhirnya disepakati kedua belah pihak tidak akan memperpanjang ketegangan yang sempat menguras emosi tersebut.
Selain itu, Polres Sumedang berjanji akan mengejar dan menangkap pelaku penyebar SMS, yang diduga menjadi pemicu ketegangan antara masyarakat Sunda Jatinangor dengan Rektor IPDN beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan Kementerian Dalam Negeri dan jajaran Muspida Sumedang itu, beberapa kali Nyoman menyampaikan permohonan maaf atas pernyataannya, yang diduga menyinggung warga setempat di Jatinangor.
"Tolong dibukakan maaf yang sebesar-besarnya. Selaku manusia biasa, jika salah persepsi dalam menyampaikan pembinaan atau penjelasan kepada para pamdal (pengamanan dalam) di IPDN pada waktu itu, saya minta maaf," katanya.
Pada saat itu, Nyoman melakukan pembinaan terhadap para pegawai keamanan di lingkungan IPDN, karena aset negara seperti lampu penerangan, pipa air hilang. "Aset negara yang hilang itu, mencapai 25 persen. Memang sempat ada maling yang ketahuan, tapi tidak ditegur. Bahkan kami tidak melaporkannya ke polisi. Yang namanya aset negara itu, tanggung jawab kita bersama dalam memeliharanya," katanya.
AMS demo
Sementara itu, pada siang hari kemarin ratusan warga yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Sunda (AMS) Jatinangor, Kab. Sumedang, berusaha merangsek dan menggelar aksi unjuk rasa di depan pintu masuk kampus IPDN di Jalan Raya Jatinangor.
Mereka datang untuk membuktikan dan menunjukkan urang Sunda terkenal dengan keluwesannya, wibawa, dan memiliki etika dalam bergaul sehari-hari. Meski demikian, aksi yang mereka gelar berlangsung damai.
Aksi tersebut sebagai buntut dari dugaan pernyataan Nyoman dalam sebuah apel pagi di lingkungan kampus IPDN pada Rabu (12/1) sebelumnya. Saat itu, Rektor diduga menyebut "orang Sunda maling". Tapi hal itu juga belum bisa dipastikan kebenarannya.
Massa meminta Rektor IPDN meminta maaf secara terbuka di media elektronik dan media massa, secara berturut-turut selama 7 hari. Selain itu, Rektor IPDN diminta mundur dari jabatannya dan ditarik atau hengkang dari Jatinangor.
Saat melakukan aksi mereka membawa sejumlah spanduk dan poster yang bertuliskan hujatan kepada Nyoman. Di antaranya "Aing Urang Sunda, Lain Maling", "Jig mulang ka taneuh padumukan anjeun juragan I Nyoman Sumaryadi Rektor IPDN geura indit ti tanah Sunda".
Selain itu, "Rektor IPDN harus minta maaf kepada seluruh masyarakat Sunda secara terbuka di media cetak dan elektronik" dan "Prof. Dr. H. I. Nyoman Sumaryadi harus mundur dari jabatan Rektor IPDN" serta sejumlah spanduk bernada hujatan lainnya.
Berdialog
Berdasarkan pemantauan "GM", aksi massa tersebut sebelum bergerak ke pintu masuk kampus IPDN, sempat dicegah sejumlah aparat kepolisian yang dipimpin Kapolres Sumedang, AKBP Nurullah. Saat itu dilakukan dialog antara Kapolres dengan penanggung jawab aksi Atang Kartana alias Abah Jeep, Warson, dan Dudi Supardi serta jajaran muspika setempat di halaman Sanggar Budaya Sunda (Sabusu) Jatinangor, yang jaraknya sekitar 200 meter ke pintu masuk.
Kapolres juga sempat memberikan pengarahan dan penjelasan tentang tata cara penyampaian aspirasi, dengan cara mengumpulkan massa. Karena pada saat itu mereka diduga tidak mengantongi izin menyampaikan aspirasi secara terbuka di tempat umum.
Kapolres mengatakan, sebelum menggelar kegiatan atau menyampaikan pendapat di muka umum, tiga hari sebelumnya sudah ada surat pemberitahuan ke Polres Sumedang. Sebab itu, Kapolres berusaha mencegah dan membubarkan massa agar menunda aksi menyampaikan pendapat ke kampus IPDN.
Tetapi, Kapolres juga tidak melarang massa melakukan aksi demo. "Tapi kalau bisa diselesaikan dengan cara musyawarah, kenapa harus dengan cara ini (demo, red) atau ramai-ramai," katanya.
Nurullah mengatakan, isu tentang adanya dugaan pejabat IPDN yang mengeluarkan pernyataan yang menyinggung pada apel pagi Rabu lalu itu, sudah masuk tingkat nasional. "Karena itu, kami mengharapkan urang Sunda jangan menciptakan suasana tidak kondusif," katanya.
Ia juga berharap, jangan sampai ada kelompok lain atau pihak ketiga yang memanfaatkan situasi atau menumpang kepentingan. Hal itu mengingat kondisi Jatinangor sudah kondusif. "Jadi jika ada aspirasi bisa disampaikan kepada para tokoh masyarakat, orangtua atau pemuda untuk dilakukan musyawarah," katanya.
Penanggung jawab aksi, Atang Kartana mengatakan, aksi massa yang berasal dari AMS Jatinangor itu terjadi secara spontan. Menurutnya, aksi massa ini berawal dari informasi yang menyebutkan Rektor IPDN mengeluarkan pernyataan yang menyinggung urang Sunda melalui pesan pendek dari seseorang. "Karena itu, kami ingin memperlihatkan dan membuktikan kekompakan urang Sunda, terkait dengan informasi tadi," katanya. (B.105)**
Senin, 17 Januari 2011
Sabtu, 15 Januari 2011
Pernyataannya yang Berbau SARA Rektor IPDN Diminta Tanggung Jawab
Sabtu, 15 Januari 2011
Pernyataannya yang Berbau SARA
Rektor IPDN Diminta Tanggung Jawab
JATINANGOR,(GM)-
Sejumlah tokoh Jatinangor meminta Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), I Nyoman Sumaryadi bertanggung jawab dan mundur dari jabatannya. Sumaryadi dinilai menyinggung masyarakat Sunda dengan pernyataannya pada apel pagi di kampus IPDN Jatinangor, Kamis (13/1).
Hal ini terungkap dalam pertemuan sejumlah tokoh Jatinangor di Sanggar Motekar, Desa Sayang, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, Jumat (14/1). Hadir dalam pertemuan tersebut Sekretaris Forum Jatinangor, Dudi Supardi, mantan anggota DRPD Kab. Sumedang Ismet Suparmat, Ketua Paguyuban Sumedang Larang Muhammad Ahmad, Ketua Puser Budaya Sunda Arisandi, dan seniman Sunda Supriatna. Selain itu tampak juga Camat Jatinangor Nandang Suparman dan Kapolres Sumedang AKBP Nurulloh.
Menurut Supriatna, jika benar pernyataan tersebut disampaikan rektor, sebagai urang Sunda dirinya merasa tersinggung. Untuk itu, pihaknya menuntut Sumaryadi mundur dari jabatannya. "Tentu kita sangat menyayangkan kalau statement itu benar muncul dari mulut seorang pemimpin. Jika demikian, kami meminta beliau minta maaf dan mundur dari jabatannya," tegas Supriatna.
Meski demikian, pihaknya akan menelusuri terlebih dulu penyebar SMS berisi pernyataan Sumaryadi itu dan meminta informasi dari pihak yang netral. "Harus ada pembelajaran bagi yang telah menyebar SARA, apalagi yang menyinggung warga Sunda. Kalau dibiarkan harga diri kita sebagai masyarakat Sunda rasanya diinjak-injak," ujarnya.
Hal senada terlontar dari Dudi Supardi. Ia berpendapat, jika rektor telah melakukan kesalahan dengan ucapannya maka ia harus meminta maaf dan mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. "Jelas kita kecewa kalau pernyataan itu benar. Beliau semestinya menghargai masyarakat Jatinanggor yang mayoritas urang Sunda. Bagaimanapun beliau hidup di Tatar Parahyangan," ucap Dudi.
Sementara Kapolres Sumedang, AKBP Nurulloh menyatakan, protes yang disampaikan sejumlah tokoh itu hal yang wajar. Namun tetap harus disampaikan dalam suasana kondusif dan mematuhi asas praduga tak bersalah. "Kami dari kepolisian hanya mengimbau agar protes disampaikan dengan mekanisme yang benar. Hindari perilaku anarkis dan jaga selalu ketertiban," harapnya.
Sementara Camat Jatinangor, Nandang Suparman meminta warga untuk tidak terprovokasi SMS tersebut. "Saya minta warga lebih cerdas untuk tidak terpancing hal-hal yang belum pasti kebenarannya. Saya sudah konfirmasi ke IPDN dan tidak ada sama sekali pernyataan berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) tersebut," ujar Nandang.
Suasana memanas saat beredar pesan singkat di antara sejumlah orang yang isinya menyebutkan, pada apel pagi Rektor IPDN mengeluarkan pernyataan yang menyinggung perasaan orang Sunda. Pernyataan SARA itu tidak pantas dikatakan seorang pimpinan pencetak kader pamong praja yang notabene berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Bisa jadi atas penebangan pohon yang dilakukan warga sekitar kampus dan banyaknya kabel yang hilang serta saluran air yang rusak, rektor disebut menyatakan, apakah semua orang Sunda maling.
Membantah
Saat dikonfirmasi, rektor membantah mengeluarkan pernyataan tersebut. Ia menegaskan tidak pernah mengucapkan hal yang menyinggung perasaan orang Sunda. "Saya tegaskan, statement saya pada apel pagi itu adalah, 'Saudara-saudara pamdal (pengamanan dalam) mayoritas adalah saudara kita dan tahu semua bahwa orang Sunda budayanya halus, sopan, dan eweuh pakewuh, sehingga ada orang masuk kampus mengambil barang-barang atau maling inventaris negara, bekas rehab asrama IPDN, tidak berani menegur. Jangan sampai pamdal kita melindungi maling, artinya ikut jadi maling, maka bekerja lebih baik dan pertahankan nama baik orang Sunda'," terangnya.
"Pernyataan itu disaksikan peserta apel. Saya minta kalimat tersebut jangan dipelintir. Ini bentuk penghargaan saya terhadap teman-teman dan warga di IPDN. Saya justru mengingatkan agar menjaga nama baik IPDN bersama-sama secara sinergis. Sekali lagi mohon jangan salah mengerti. Maksud saya sangat baik sebagai sesama muslim," tambahnya. (B.48)**
Pernyataannya yang Berbau SARA
Rektor IPDN Diminta Tanggung Jawab
JATINANGOR,(GM)-
Sejumlah tokoh Jatinangor meminta Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), I Nyoman Sumaryadi bertanggung jawab dan mundur dari jabatannya. Sumaryadi dinilai menyinggung masyarakat Sunda dengan pernyataannya pada apel pagi di kampus IPDN Jatinangor, Kamis (13/1).
Hal ini terungkap dalam pertemuan sejumlah tokoh Jatinangor di Sanggar Motekar, Desa Sayang, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, Jumat (14/1). Hadir dalam pertemuan tersebut Sekretaris Forum Jatinangor, Dudi Supardi, mantan anggota DRPD Kab. Sumedang Ismet Suparmat, Ketua Paguyuban Sumedang Larang Muhammad Ahmad, Ketua Puser Budaya Sunda Arisandi, dan seniman Sunda Supriatna. Selain itu tampak juga Camat Jatinangor Nandang Suparman dan Kapolres Sumedang AKBP Nurulloh.
Menurut Supriatna, jika benar pernyataan tersebut disampaikan rektor, sebagai urang Sunda dirinya merasa tersinggung. Untuk itu, pihaknya menuntut Sumaryadi mundur dari jabatannya. "Tentu kita sangat menyayangkan kalau statement itu benar muncul dari mulut seorang pemimpin. Jika demikian, kami meminta beliau minta maaf dan mundur dari jabatannya," tegas Supriatna.
Meski demikian, pihaknya akan menelusuri terlebih dulu penyebar SMS berisi pernyataan Sumaryadi itu dan meminta informasi dari pihak yang netral. "Harus ada pembelajaran bagi yang telah menyebar SARA, apalagi yang menyinggung warga Sunda. Kalau dibiarkan harga diri kita sebagai masyarakat Sunda rasanya diinjak-injak," ujarnya.
Hal senada terlontar dari Dudi Supardi. Ia berpendapat, jika rektor telah melakukan kesalahan dengan ucapannya maka ia harus meminta maaf dan mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. "Jelas kita kecewa kalau pernyataan itu benar. Beliau semestinya menghargai masyarakat Jatinanggor yang mayoritas urang Sunda. Bagaimanapun beliau hidup di Tatar Parahyangan," ucap Dudi.
Sementara Kapolres Sumedang, AKBP Nurulloh menyatakan, protes yang disampaikan sejumlah tokoh itu hal yang wajar. Namun tetap harus disampaikan dalam suasana kondusif dan mematuhi asas praduga tak bersalah. "Kami dari kepolisian hanya mengimbau agar protes disampaikan dengan mekanisme yang benar. Hindari perilaku anarkis dan jaga selalu ketertiban," harapnya.
Sementara Camat Jatinangor, Nandang Suparman meminta warga untuk tidak terprovokasi SMS tersebut. "Saya minta warga lebih cerdas untuk tidak terpancing hal-hal yang belum pasti kebenarannya. Saya sudah konfirmasi ke IPDN dan tidak ada sama sekali pernyataan berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) tersebut," ujar Nandang.
Suasana memanas saat beredar pesan singkat di antara sejumlah orang yang isinya menyebutkan, pada apel pagi Rektor IPDN mengeluarkan pernyataan yang menyinggung perasaan orang Sunda. Pernyataan SARA itu tidak pantas dikatakan seorang pimpinan pencetak kader pamong praja yang notabene berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Bisa jadi atas penebangan pohon yang dilakukan warga sekitar kampus dan banyaknya kabel yang hilang serta saluran air yang rusak, rektor disebut menyatakan, apakah semua orang Sunda maling.
Membantah
Saat dikonfirmasi, rektor membantah mengeluarkan pernyataan tersebut. Ia menegaskan tidak pernah mengucapkan hal yang menyinggung perasaan orang Sunda. "Saya tegaskan, statement saya pada apel pagi itu adalah, 'Saudara-saudara pamdal (pengamanan dalam) mayoritas adalah saudara kita dan tahu semua bahwa orang Sunda budayanya halus, sopan, dan eweuh pakewuh, sehingga ada orang masuk kampus mengambil barang-barang atau maling inventaris negara, bekas rehab asrama IPDN, tidak berani menegur. Jangan sampai pamdal kita melindungi maling, artinya ikut jadi maling, maka bekerja lebih baik dan pertahankan nama baik orang Sunda'," terangnya.
"Pernyataan itu disaksikan peserta apel. Saya minta kalimat tersebut jangan dipelintir. Ini bentuk penghargaan saya terhadap teman-teman dan warga di IPDN. Saya justru mengingatkan agar menjaga nama baik IPDN bersama-sama secara sinergis. Sekali lagi mohon jangan salah mengerti. Maksud saya sangat baik sebagai sesama muslim," tambahnya. (B.48)**
Label:
dudi,
Forum jatinangor,
isu,
jatinangor,
maling,
nyoman,
rektor ipdn,
sara,
seniman,
sunda,
tokoh
Narkoba, sexs Bebas di Jatinangor
Berita Seputar Jatinangor
BANDUNG (Pos Kota)- Meski polisi terus meringkus pemakai, pengedar dan bandar narkoba, namun bisnis dunia menyesatkan ini tetap marak. Bahakn kini yang terjerat peredaran narkoba sudah menyusup ke berbagai lapisan masyarakat. Mahasiswa misalnya, calon intelektual, tak luput dari target pemasaran dan korban narkoba. Bahkan, tak sedikit mahasiswa yang ditangkap lantaran memakai atau pengedar narkoba. Berdasar data dari Dit Narkoba Polda Jabar jumlah barang bukti dan tersangka narkona tahun 2010 naik dibanding tahun sebelumnya. Kapolda Jabar Irjen Pol Suparni Parto, menyebutkan, 2010 pihaknya berhasil mengungkap 5.319 kasus narkoba, dan naik dibanding tahun sebelumnya hanya 5.264 kasus. “ Jumlah kasus narkoba mengalamik kenaikan 55 kasus atau mencapai 1,04 persen dibanding tahun sebelumnya,â€Â. Kapolda mengakui, tahun 2010 ganja dan shabu-shabu merupakan jenis narkoba yang pemasarannya cukup tinggi. Kedua jenis narkoba ini sudah masuk ke kalangan mahasiswa atau pelajar. Tahun 2009 jumlah ganja yang diamankan 2 ton, kemudian 2010 naik jadi 3 ton. Begitu pula shabu-shabu, tahun 2009 polisi menyita 237 gram, dan tahun 2010 melonjak menjadi 864 gram. “ Kedua jenis ini perkembangannya sangat tinggi dan peredarannya sudah mampu menyentuh kalangan pelajar dan mahasiswa,†kata Kapolda. Pernyataan Kapolda, bukan hanya ada dalam catatan dan laporan akhir tahun. Kenyataanya, pelajar yang terlibat narkoba, kini terus bertambah, dan ini menandakan jika kampus sudah dibidik bandar menjadi sasaran bisnis. Yang menyengangkan lagi, narkoba pun kini sudah masuk ke kos-kosan mahasiswa di Bandung dan di kawasan pendidikan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Bahkan, Kasat I Dit Narkoba Polda Jabar AKBP H. Kunto Prasetyo, sudah menduga kuat jika Jatinangor, kini sudah menjadi target bandar untuk memasarkan narkoba. Laporan mahasiswa pesta narkoba sudah banyak, namun saat polisi menggerebeknya, mereka berhasil ditangkap namun tak memiliki bukti. “ Mahasiswa yang ditangkap rata-rata hanya postif mengkonsumsi setelah di tes urine, sedang barang buktinya tak ada,†katanya. Olehkarena itu , Kunto, memprediksi kuat Jatinangor, merupakan target kedua pengedar untuk melakukan bisnis narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengedar bisa berbisnis di dalam kampus melibatkan jaringan yang ada atau mereka mengedarkan barang di kos-kosan menggunakan jaringan yang sama. “ Diharapkan mahasiswa Jatinangor harus lebih waspada,†pintanya. Kunto mengakui, beberapa hari ini jajarannya menangkap sembilan mahasiswa FIKOM Unpad yang kedapaten usai menjalani pesta narkoba. Meski polisi yang menggeladah di tempat kos mereka, tak mendapatkan barang bukti namun mereka bisa ditahan lantaran postif mengkonsumsi narkoan setelah menjani tes urine. Penangkapan sembilan mahasiswa itu pun membuat kalangkabut sejumlah orang tua dan kampus Unpad di Jatinangor. Bahkan, Pembantu Dekan III (Kemahasiswaan) Drs Aceng Abdullah, M.Si, terpaksa turun tangan ke Polda Jabar untuk melakukan pengecekan. “ Kami berharap mahasiswa Unpad khsususnya Fikom harus lebih waspada dalam berteman. Jika ada teman menitipkan barang supaya ditolak saja siapa tahu isinya narkoba kemudian kita bisa terjebak,†pinta Aceng. Aceng mengaku kesulitan memantau karena mereka menyewa kamar di luar kampus. Kapolsek Jatinangor, Kompol Sunyoto, menegaskan, persoalan yang terjadi di Jatinangor kini kian kompleks. Persoalan kriminalitas bukan hanya sekedar pencurian, perampokan dan penjambretan, melainkan sudah sampai ke tingkat peredaran narkoba, dan dugaan ke arah penyimpangan seks bebas. “ Kami banyak menerima laporan mengenai narkoba dan seks bebas. Tapi masih kesulitan untuk mencari pembuktiannya,â€Â. Untuk mengantisipasi persoalan tadi, Kapolsek mengaku terus melakukan patroli lingkungan kemudian meningkatkan kordinasi dengan penjaga atau pemilik kos-kosan mahasiswa. Yang menjadi kendala, kata dia, banyak kos-kosan yang disewakan ke mahasiswa tapi pemiliknya berada di luar kota. Mereka hidup di kamar secara bebas, tanpa ada yang memantau. Olehkarenanya, kapolsek meminta supaya orang tua mencari kamar kos untuk anaknya yang ada pemilik atau yang menunggu. “ Jika ada pemilik mereka tak akan berbuat seenaknya dan tamu pun bisa terdeteksi,â€Â. Mulyawan,45, tokoh pemuda Jatinangor, mempaparkan, mahasiswa yang terlibat narkoba, serta seks bebas, rata-rata yang kos di rumah yang tak ada pemiliknya. Mereka merasa hidup bebas sehingga bebuat apapun bebas. “ Kami sudah empat kali tahun 2010 menggerebegktempat kos karena diduga dijadikan lahan seks bebas,†akunya. Kos-kosan yang disewakan dan tak dijaga pemilik rata-rata dijadikan sarang seks bebas dan peredaran narkoba. Olehkarea itu, Mulyawan, meminta kepada orang tua yang mengkoskan anaknya di Jatinangor supaya mencari kamar yang ada dan dijaga pemiliknya. “ Jangan mengizinkan mahasiswa kos di rumah yang tanpa pemilik. Walau pun terpaksa, harus dikonntrol minimal sebulan sekali,†pintanya. Memang, Mulyawan menuturkan, perkembangan Jatinangor, kini kian pesat. Perkembangan yang tak diimbangi kekuatan sector lain akan menyebabkan adanya kepincangan. Terbukti, pesatnya perkembangan kota ini, banyak pengusaha yang berinvestasi membangun kos-kosan mahasiswa tanpa memberikan perhatian kepada si pengontrak. “ Bahayanya pengusaha itu hanya mencari keuntungan semata tanpa berfikir panjang mengenai si penghuni jika dibiartkan hidup bebas di kos-kosan itu,â€Â. (dono darsono/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/01/09/narkoba-seks-bebas-di-jatinangor
BANDUNG (Pos Kota)- Meski polisi terus meringkus pemakai, pengedar dan bandar narkoba, namun bisnis dunia menyesatkan ini tetap marak. Bahakn kini yang terjerat peredaran narkoba sudah menyusup ke berbagai lapisan masyarakat. Mahasiswa misalnya, calon intelektual, tak luput dari target pemasaran dan korban narkoba. Bahkan, tak sedikit mahasiswa yang ditangkap lantaran memakai atau pengedar narkoba. Berdasar data dari Dit Narkoba Polda Jabar jumlah barang bukti dan tersangka narkona tahun 2010 naik dibanding tahun sebelumnya. Kapolda Jabar Irjen Pol Suparni Parto, menyebutkan, 2010 pihaknya berhasil mengungkap 5.319 kasus narkoba, dan naik dibanding tahun sebelumnya hanya 5.264 kasus. “ Jumlah kasus narkoba mengalamik kenaikan 55 kasus atau mencapai 1,04 persen dibanding tahun sebelumnya,â€Â. Kapolda mengakui, tahun 2010 ganja dan shabu-shabu merupakan jenis narkoba yang pemasarannya cukup tinggi. Kedua jenis narkoba ini sudah masuk ke kalangan mahasiswa atau pelajar. Tahun 2009 jumlah ganja yang diamankan 2 ton, kemudian 2010 naik jadi 3 ton. Begitu pula shabu-shabu, tahun 2009 polisi menyita 237 gram, dan tahun 2010 melonjak menjadi 864 gram. “ Kedua jenis ini perkembangannya sangat tinggi dan peredarannya sudah mampu menyentuh kalangan pelajar dan mahasiswa,†kata Kapolda. Pernyataan Kapolda, bukan hanya ada dalam catatan dan laporan akhir tahun. Kenyataanya, pelajar yang terlibat narkoba, kini terus bertambah, dan ini menandakan jika kampus sudah dibidik bandar menjadi sasaran bisnis. Yang menyengangkan lagi, narkoba pun kini sudah masuk ke kos-kosan mahasiswa di Bandung dan di kawasan pendidikan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Bahkan, Kasat I Dit Narkoba Polda Jabar AKBP H. Kunto Prasetyo, sudah menduga kuat jika Jatinangor, kini sudah menjadi target bandar untuk memasarkan narkoba. Laporan mahasiswa pesta narkoba sudah banyak, namun saat polisi menggerebeknya, mereka berhasil ditangkap namun tak memiliki bukti. “ Mahasiswa yang ditangkap rata-rata hanya postif mengkonsumsi setelah di tes urine, sedang barang buktinya tak ada,†katanya. Olehkarena itu , Kunto, memprediksi kuat Jatinangor, merupakan target kedua pengedar untuk melakukan bisnis narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengedar bisa berbisnis di dalam kampus melibatkan jaringan yang ada atau mereka mengedarkan barang di kos-kosan menggunakan jaringan yang sama. “ Diharapkan mahasiswa Jatinangor harus lebih waspada,†pintanya. Kunto mengakui, beberapa hari ini jajarannya menangkap sembilan mahasiswa FIKOM Unpad yang kedapaten usai menjalani pesta narkoba. Meski polisi yang menggeladah di tempat kos mereka, tak mendapatkan barang bukti namun mereka bisa ditahan lantaran postif mengkonsumsi narkoan setelah menjani tes urine. Penangkapan sembilan mahasiswa itu pun membuat kalangkabut sejumlah orang tua dan kampus Unpad di Jatinangor. Bahkan, Pembantu Dekan III (Kemahasiswaan) Drs Aceng Abdullah, M.Si, terpaksa turun tangan ke Polda Jabar untuk melakukan pengecekan. “ Kami berharap mahasiswa Unpad khsususnya Fikom harus lebih waspada dalam berteman. Jika ada teman menitipkan barang supaya ditolak saja siapa tahu isinya narkoba kemudian kita bisa terjebak,†pinta Aceng. Aceng mengaku kesulitan memantau karena mereka menyewa kamar di luar kampus. Kapolsek Jatinangor, Kompol Sunyoto, menegaskan, persoalan yang terjadi di Jatinangor kini kian kompleks. Persoalan kriminalitas bukan hanya sekedar pencurian, perampokan dan penjambretan, melainkan sudah sampai ke tingkat peredaran narkoba, dan dugaan ke arah penyimpangan seks bebas. “ Kami banyak menerima laporan mengenai narkoba dan seks bebas. Tapi masih kesulitan untuk mencari pembuktiannya,â€Â. Untuk mengantisipasi persoalan tadi, Kapolsek mengaku terus melakukan patroli lingkungan kemudian meningkatkan kordinasi dengan penjaga atau pemilik kos-kosan mahasiswa. Yang menjadi kendala, kata dia, banyak kos-kosan yang disewakan ke mahasiswa tapi pemiliknya berada di luar kota. Mereka hidup di kamar secara bebas, tanpa ada yang memantau. Olehkarenanya, kapolsek meminta supaya orang tua mencari kamar kos untuk anaknya yang ada pemilik atau yang menunggu. “ Jika ada pemilik mereka tak akan berbuat seenaknya dan tamu pun bisa terdeteksi,â€Â. Mulyawan,45, tokoh pemuda Jatinangor, mempaparkan, mahasiswa yang terlibat narkoba, serta seks bebas, rata-rata yang kos di rumah yang tak ada pemiliknya. Mereka merasa hidup bebas sehingga bebuat apapun bebas. “ Kami sudah empat kali tahun 2010 menggerebegktempat kos karena diduga dijadikan lahan seks bebas,†akunya. Kos-kosan yang disewakan dan tak dijaga pemilik rata-rata dijadikan sarang seks bebas dan peredaran narkoba. Olehkarea itu, Mulyawan, meminta kepada orang tua yang mengkoskan anaknya di Jatinangor supaya mencari kamar yang ada dan dijaga pemiliknya. “ Jangan mengizinkan mahasiswa kos di rumah yang tanpa pemilik. Walau pun terpaksa, harus dikonntrol minimal sebulan sekali,†pintanya. Memang, Mulyawan menuturkan, perkembangan Jatinangor, kini kian pesat. Perkembangan yang tak diimbangi kekuatan sector lain akan menyebabkan adanya kepincangan. Terbukti, pesatnya perkembangan kota ini, banyak pengusaha yang berinvestasi membangun kos-kosan mahasiswa tanpa memberikan perhatian kepada si pengontrak. “ Bahayanya pengusaha itu hanya mencari keuntungan semata tanpa berfikir panjang mengenai si penghuni jika dibiartkan hidup bebas di kos-kosan itu,â€Â. (dono darsono/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/01/09/narkoba-seks-bebas-di-jatinangor
ITB Kampus Jatinangor segera dibuka
Pembangunan Berorientasi pada Eco Campus
Jumat, 14 - Januari - 2011, 01:12:08 | nofri
BANDUNG, itb.ac.id - Setelah melakukan proses pematangan rencana pembangunan, kampus ITB Jatinangor akan dibuka mulai tahun ajaran 2011. Pembangunan ITB Jatinangor ini merupakan salah satu langkah ITB menuju multi kampus.
"ITB telah menerima sebanyak 242 pegawai baik dosen maupun non dosen dari Universitas Winaya Mukti. Sumber daya ini harus segera diberdayakan," kata Ketua Tim Pengembangan Multi Kampus di Jatinangor Prof. Indratmo Soekarno, Kamis (13/1/11).
Jika berjalan lancar, Indratmo mengatakan, ITB Jatinangor akan mulai menerima mahasiswa tahun ini. Sekitar 200 hingga 300 mahasiswa akan menimba ilmu sebagai mahasiswa ITB di Jatinangor.
Indratmo mengatakan, ITB akan membuka lima program studi baru di kampus Jatinangor. Program studi tersebut antara lain: Bioengineering, Ilmu tentang perhutanan, Ilmu tentang pertanian (ketiganya di bawah atap Sekolah Ilmu Teknologi Hayati - SITH), Infrastuktur dan Sanitasi Lingkungan, dan Sumber Daya Air (di bawah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan).
"Prodi tersebut dibuka sesuai dengan kebutuhan saat ini dan untuk pemberdayaan masyarakat," jelas beliau.
Mengenai kualitas pendidikan, Indratmo menjamin tidak akan ada perbedaan antara kampus Ganeca dengan kampus Jatinangor. Semuanya faktor penunjang pendidikan telah distandarkan sesuai dengan kualitas ITB.
Pembangunan Fisik
ITB telah menggelontorkan biaya sebesar satu triliun rupiah untuk pembangunan fisik di kampus Jatinangor. Pembangunan tersebut meliputi pembangunan jalan, pagar, lanboratorium, renovasi dan revitalisasi gedung lama, asrama, dan lain sebagainya.
"Mahasiswa baru kampus Jatinangor akan ditempatkan di asrama yang bisa menampung hingga 512 mahasiswa. Namun kalau sudah tingkat dua ke atas mereka harus berbaur dengan masyarakat," kata dia.
Pembangunan fisik kampus Jatinangor akan mengacu pada prinsip eco campus. Dari total seluas 47Ha, hanya 20% yang akan dipakai untuk mendirikan bangunan. Sisanya digunakan untuk konservasi lahan hijau.
"Di sana juga akan menganut zero delta cue dan membangun drainase yang baik, sehingga tidak ada air hujan yang terbuang. Air permukaan akan dimanfaatkan untuk kebutuhan kampus," ujarnya.
Maka tak heran jika Indratmo menyebutnya sebagai kampus yang berorientasi pada bio engineering, water engineering, dan teknologi pasca panen.
Kampus Jatinangor juga dipersiapkan untuk pusat inovasi alat-alat perkakas mekanik, seperti membuat prototype atau menyempurnakan produk-produk industri.
"Tidak hanya melakukan riset tapi juga terjun hingga dunia bisnis atau bagian hilir," jelasnya.
Ke depannya, sampai tahun 2025, kampus Jatinangor diharapkan bisa menampung 2.700 mahasiswa. Sebagai penghubung antara kampus Ganeca dan Jatinangor, ITB akan menyediakan beberapa unit bus.
Jumat, 14 - Januari - 2011, 01:12:08 | nofri
BANDUNG, itb.ac.id - Setelah melakukan proses pematangan rencana pembangunan, kampus ITB Jatinangor akan dibuka mulai tahun ajaran 2011. Pembangunan ITB Jatinangor ini merupakan salah satu langkah ITB menuju multi kampus.
"ITB telah menerima sebanyak 242 pegawai baik dosen maupun non dosen dari Universitas Winaya Mukti. Sumber daya ini harus segera diberdayakan," kata Ketua Tim Pengembangan Multi Kampus di Jatinangor Prof. Indratmo Soekarno, Kamis (13/1/11).
Jika berjalan lancar, Indratmo mengatakan, ITB Jatinangor akan mulai menerima mahasiswa tahun ini. Sekitar 200 hingga 300 mahasiswa akan menimba ilmu sebagai mahasiswa ITB di Jatinangor.
Indratmo mengatakan, ITB akan membuka lima program studi baru di kampus Jatinangor. Program studi tersebut antara lain: Bioengineering, Ilmu tentang perhutanan, Ilmu tentang pertanian (ketiganya di bawah atap Sekolah Ilmu Teknologi Hayati - SITH), Infrastuktur dan Sanitasi Lingkungan, dan Sumber Daya Air (di bawah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan).
"Prodi tersebut dibuka sesuai dengan kebutuhan saat ini dan untuk pemberdayaan masyarakat," jelas beliau.
Mengenai kualitas pendidikan, Indratmo menjamin tidak akan ada perbedaan antara kampus Ganeca dengan kampus Jatinangor. Semuanya faktor penunjang pendidikan telah distandarkan sesuai dengan kualitas ITB.
Pembangunan Fisik
ITB telah menggelontorkan biaya sebesar satu triliun rupiah untuk pembangunan fisik di kampus Jatinangor. Pembangunan tersebut meliputi pembangunan jalan, pagar, lanboratorium, renovasi dan revitalisasi gedung lama, asrama, dan lain sebagainya.
"Mahasiswa baru kampus Jatinangor akan ditempatkan di asrama yang bisa menampung hingga 512 mahasiswa. Namun kalau sudah tingkat dua ke atas mereka harus berbaur dengan masyarakat," kata dia.
Pembangunan fisik kampus Jatinangor akan mengacu pada prinsip eco campus. Dari total seluas 47Ha, hanya 20% yang akan dipakai untuk mendirikan bangunan. Sisanya digunakan untuk konservasi lahan hijau.
"Di sana juga akan menganut zero delta cue dan membangun drainase yang baik, sehingga tidak ada air hujan yang terbuang. Air permukaan akan dimanfaatkan untuk kebutuhan kampus," ujarnya.
Maka tak heran jika Indratmo menyebutnya sebagai kampus yang berorientasi pada bio engineering, water engineering, dan teknologi pasca panen.
Kampus Jatinangor juga dipersiapkan untuk pusat inovasi alat-alat perkakas mekanik, seperti membuat prototype atau menyempurnakan produk-produk industri.
"Tidak hanya melakukan riset tapi juga terjun hingga dunia bisnis atau bagian hilir," jelasnya.
Ke depannya, sampai tahun 2025, kampus Jatinangor diharapkan bisa menampung 2.700 mahasiswa. Sebagai penghubung antara kampus Ganeca dan Jatinangor, ITB akan menyediakan beberapa unit bus.
Langganan:
Postingan (Atom)