Jumat, 28 Oktober 2016

ni Komentar Dede Yusuf Soal Demo Buruh Menolak PP Nomor 78

Berita Seputar Jatinangor


Laporan Wartawan Tribun, Wisnu Saputra
JATINANGOR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf M Efendi menyoroti unjuk rasa buruh di Jawa Barat yang sering dilakukan setiap tahunnya terkait adanya penetapan upah minimum kota/kabupaten.
Menurutnya, tuntutan kenaikan upah minimum tersebut adalah hak para pekerja. Namun kenaikan upah tersebut penentuannya tidak dapat dipatok sesuai dengan Undang-undang yang ada.
"Memang itu menjadi saran untuk berdialog antara pekerja dengan perusahaan. Dan pemerintah itu seharusnya menjadi mediator," kata Dede saat ditanyai Tribun pada acara Kemah Besar Satuan Komunitas Paguyuban Pasundan di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor, Kamis (27/10).
Di dalam UU No 13 tahun 2003, kata dia, untuk penentuan upah harus melalui mekanisme bipartit (perusahaan dengan pekerja) dan tripartit (peran pemerintah menajadi mediator) yang akan menghasilkan kesepakatan bersama. Untuk pola penentuannya berdasarkan komponen hidup layak (KHL).
Dengan begitu, penentuan upah minimum tersebut harus diwajibkan dengan cara berdialog. Akan tetapi, PP nomor 78 tahun 2015 dipotong dan seolah-olah ada sebuah rumusan. Dimana penetapan pengupahan dilakukan menggunakan aebuah rumusan.
"Padahal seharusnya tidak begitu. UU Nomor 13 untuk mewajibkan dialog tidak boleh dilanggar. Maka dari itu kami di komisi IX membentuk panitia kerja (Panja) pengupahan. Dan PP 78 ini kami usulkan untuk direvisi," katanya.
Dalam revisi PP Nomor 78 tersebut, lanjut Dede, harus melibatkan unsur dialog. Jika pemerintah tetap memaksakan menjalankan PP tersebut, Komisi IX akan kembali memanggil pemerintah. Pasalnya, rekomendasi Panja Komisi IX telah diabaikan.
"Jadi penetapan tidak bisa by rumusan. Rumusan boleh tapi harus lihat komponen x nya. Komponen x ini ini yang didialogkan antara pekerja dan perusahaan," katanya.(raw)
Penulis: raw
Editor: dia
Sumber: Tribun Jabar

Ribuan Pramuka Se-Jabar Banten Ikuti Kemah Besar Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Berita Seputar Jatinangor

Laporan Wartawan Tribun, Wisnu Saputra
JATINANGOR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Sebanyak 8.480 orang dari gerakan pramuka penggalang dan penegak dari puluhan Yayasan Pendidikan Dasar Menengah (YPDM) dan Yayasan Perguruan Tinggi (YPT) Jawa Barat dan Banten, ikuti Kemah Besar Satuan Komunitas Pramuka Paguyuban Pasudan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke 88.
Kemah besar satuan komunitas pramuka Paguyuban Pasundan tersebut diadakan di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor, Kabupaten Sumedang mulai Kamis (27/10) hingga Sabtu (29/10).
Ketua Paguyuban Pasundan, Didi Turmidzi, Didi Turmudzi mengatakan, kegiatan kemah terbesar tersebut bertujuan untuk melakukan pengkaderan generasi muda untuk mengangkat harkat dna martabat Bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita awal Paguyuban Pasundan.
"Tentunya dengan melalui lembaga pendidikan. Karena lembaga pendidikan ini memiliki organisasi yang terbukti dalam membentuk karakter bangsa. Yakni gerakan pramuka," ujar Turmudzi saat ditanyai Tribun usai upacara pembukaan Kemah Besar Satuan Komunitas Pramuka Paguyuban Pasudan dan Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 88, Kamis (27/10).
Menurutnya, kemah besar ini baru pertama kali dilakukan se Jawa Barat dan Banten. Kemah tersebut sangat penting dilakukan, mengingat saat ini neara tengah membutuhkan kader-kader muda yang akan meneruskan perjuangan para pemuda dalam menciptakan dan menjaga  NKRI.
Hal itu, kata dia, juga sebagai meneruskan cita-cita Paguyuban Pasundan yang berkontribusi dalam cikal bakal dan pencetusan gerakan Sumpah Pemuda pada era Otto Iskandar Dinata. Pasalnya, Paguyuban Pasundan merupakan satu-satunya organisasi kesundaan yang turut serta mendeklarasikan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 silam.
"Itulah yang menjadi inspirasi Paguyuban Pasundan. Dengan kegiatan ini agar para generasi muda dapat memiliki karakter, toleran, ramah, nasionalisme, patriotisme dan bela negara seperti dicita-citakan Pemuda Indonesia pada masa lalu," kata dia.(raw)
Penulis: raw
Editor: dia
Sumber: Tribun Jabar

Selasa, 18 Oktober 2016

Patung Jenderal Rudini akan dibangun di Kampus IPDN Jatinangor

Berita Seputar Jatinangor
WARTA KOTA, JAKARTA - Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) membangun monumen patungJenderal TNI (Purn) H Rudini mantan Menteri Dalam Negeri era Presiden Soeharto sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya.

Monumen tersebut diresmikan langsung oleh Rektor IPDN Prof Dr Ermaya Suradinata bersama jajaran pimpinan IPDN disaksikan istri Rudini, Oddyana Rudini beserta putera-puterinya di depan Gedung Balairung Rudini, Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin.

Rektor mengatakan monumen patungini dibuat karena Jenderal Rudini merupakan penggagas penggabungan pendidikan tinggi Kepamong Prajaan di Jatinangor dan juga Mantan Menteri Dalam Negeri.

"Peresmian patung ini adalah sebagai monumen pemberi motivasi dan inspirasi bagi civitas akademika IPDN," kata Ermaya.

Prasasti monumen patung Jenderal Rudini tersebut ditandatangani langsung oleh Rektor IPDN.

 Ermaya berharap monumen tersebut dapat memberi dan membangun semangat para praja yang menempuh pendidikan di IPDN.

"Monumen ini dapat membangun semangat dan gairah praja dalam menjalankan pendidikan," katanya.

 Ia menambahkan, monumen itu akan terus dijaga dan dirawat agar tetap indah dan menarik di lingkungan Kampus IPDN Jatinangor.

"Karya yang penuh makna ini nantinya harus dirawat dan dipercantik lagi sehingga dapat memperindah suasana kampus yang kita banggakan ini," katanya. (Antara)http://wartakota.tribunnews.com/2016/10/17/patung-jenderal-rudini-dibangun-di-kampus-ipdn-jatinangor (
sumber)